25.7.08

menyambangi kamar empati



Ketika hasil diagnosa dokter tidak dapat saat itu juga diberikan kepada pasien, sementara untuk pulang dan menunggu dulu di rumah, butuh usaha penuh baik fisik yang kian melemah maupun biaya transportasi yang bakalan membengkak. Atau ketika pasien harus menjalani terapi rutin kusus penyembuhan untuk batas waktu yang belum ditentukan berapa lamanya.

Merekapun harus bersedia menunggu, walau tanpa fasilitas ruang inap dalam rumah sakit. Ruang-ruang alternatifpun jadi serbuan untuk sejenak merebahkan badan menghilangkan rasa sakit yang mendera.







Salah satunya adalah pondokan di Jalan Dharmawangsa Gang 3 yang dikelola oleh Pak Achmad. Kos-kosan ini menawarkan kesederhanaan dan lebih mengutamakan kenyamanan, sehingga si sakit bisa istirahat, dan kerabat penunggupun merasa layaknya di rumah sendiri.

Pondokan pasien ini terlihat sederhana, dengan menggunakan ruang yang disekat-sekat sebagai kamarnya. Terdiri dari dua lantai, dengan hiburan tv untuk masing-masing lantainya. Dengan tarif yang relatif murah, kamar yang ada selalu penuh terisi.

Tak jarang pasien meninggali kamar lebih dari sebulan dua bulan. Ada pasien dari Flores yang sedang menjalani kemoterapi pasca kangker bahkan sudah meninggali salah satu kamar di ponokan itu hampir satu tahun.

Tanpa rasa jijik, tanpa rasa takut tertular penyakitnya, pasien ditampung Pak Achmad beserta istri dan keluarga. Walau tanpa perawatan intensif dari para ahli, paling tidak rasa empati Pak Ahmad dan istrinya untuk turut merasakan sakitnya, turut pula memberi ruang harapan hingga akhirnya kesembuhan total dapat mereka rasakan.





6 komentar:

ainur rifqi mengatakan...

Oleh wae awakmu berita Ton

Aku yakin foto iku g' ono beritane ning SS yow

;))

Anonim mengatakan...

he, deket unair situ? aku ga pernah tau ada kos kosan model gini.

Anonim mengatakan...

baru kali ini saya tahu... padahal saya org surabaya tapi gak tau endi-endi.

Manda La Mendol mengatakan...

dramatisssss..dibuat hitam putih gitu. Ton, awakmu nggawe narasi kok apik seh..saiki awakmu moto ambek nulis yoooo...

ttd
Redaktur Pelaksana
(hehehe..boleh donk sekali-kali pake bahasa kekuasaan)

Dony Alfan mengatakan...

Wow, saya acungi dua jempol untuk kejelian Anda mengungkap sebuah cerita melalui foto.
Great!

Anonim mengatakan...

ehh..aku yo tau ndelok poto kos-kosan model ngene, tapi lali moco nang endi. onok potone pisan. ojok2 iku poto lan tulisanmu ton. (aku gak moco kabeh mung ndelok potone tok, halah poye to)